Ketika seseorang diharuskan membayar kewajibannya, terkadang ia harus mengikuti ketentuan yang berlaku, contohnya adalah mengikuti tarif pajak proporsional.
Sehingga mau tidak mau, asalkan ia masuk ke dalam ketegori tersebut, tentu ia harus patuh dan taat dengan ketentuan yang berlaku.
Oleh sebab itu, untuk lebih memudahkan kedepannya, lebih baik coba cari tahu soal beberapa hal terkait pajak proporsional.
Sehingga nanti jadi enak, minimal jadi tidak bertanya kepada petugas saat ingin menuntaskan kewajibannya. Benar begitu bukan?
Table of Contents
Tarif Pajak Proporsional
Tahukah kamu, kalau pajak proporsional ialah pajak yang bernilai tunggal dan akan tetap memberlakukan tarif yang sama meskipun memiliki PKP atau kriteria yang berbeda.
Jadi kalau diibaratkan adalah berapapun nilai objek yang akan diberikan pajak, maka tarifnya akan tetap sama. Misalnya ketentuannya adalah 5%, berarti akan 5% terus.
Sehingga bisa dibilang juga kalau tarif pajak proporsional ini memiliki metode perhitungannya sendiri yang berbeda dibandingkan dengan jenis pajak lainnya.
Maka dari itu pula, skema tarif seperti ini cenderung disukai oleh yang kaya karena walaupun asset atau pengenaan pajak mereka besar, namun tarif yang dibebankan tetap sama.
Kemudian untuk yang pengin mencoba mendalaminya, silahkan cek informasi berikut.
Pengertian Tarif Pajak Proporsional
Tarif pajak proporsional adalah tarif pajak yang memiliki persentase pengenaan pajak tetap, meskipun dasar pengenaan pajak tiap orang akan berbeda beda.
Tarif pajak seperti ini merupakan salah satu skema yang kerap diterapkan dalam sebuah negara. Apalagi dalam beberapa kasus, skema ini cenderung lebih cocok dibandingkan yang lainya.
Misalkan saja dalam hal Pajak Pertambahan Nilai (PPN), tentu tarif yang Proporsional akan cenderung terlihat adil dibandingkan tipe progresif ataupun Degresif.
Sebagai Gambaran, misal PPN yang diterapkan di restaurant, tentu akan adil apabila tarifnya sama tiap pelanggan.
Jadi meskipun menu yang dipesan akan berbeda beda. Tapi ketika membayarnya, akan terkena tarif pajak yang sama.
Oh ya, mau lihat gak soal jenis pajak daerah itu apa saja?
Contoh Tarif Pajak Proporsional
Untuk lebih mudah dalam memahami skema tarif pajak Proporsional, memang akan cenderung lebih gampang ketika kita melihat contoh penerapannya.
Dan karena hal tersebut, admin sudah menyiapkan tabel yang berisi skema tarif yang menggunakan system pajak proporsional.
Kemudian untuk contoh tabelnya seperti apa, silahkan lihat data berikut.
Dasar Pengenaan Pajak | Tarif | Besar Pajak |
Rp100.000 | 5% | Rp5.000 |
Rp200.000 | 5% | Rp10.000 |
Rp300.000 | 5% | Rp15.000 |
Rp400.000 | 5% | Rp20.000 |
Nah inilah contoh penerapan tarif pajak proporsional. Ya sebagai gambaranya adalah skema seperti ini diterapkan pada PPN.
Dan kalau pengin lihat PPN itu biasa ada di mana, ya jawabannya di restaurant.
Coba deh kalian beli makanan dengan jumlah yang berbeda-beda, pasti tarif PPN yang berlaku akan sama. Benar kan?
Lalu ketika menyadari itu, kira kira apa pendapatmu? Apakah setuju dengan skema seperti ini, atau malah berbeda pendapat?
Oh ya, buat yang lagi mendalami soal pajak, kalian tahu gak soal arti kode kantor pelayan pajak?
Pro Kontra Pajak Proporsional
Sesuai dengan penjelasan admin sebelumnya, jenis tarif pajak Proporsional ini cenderung lebih disukai oleh orang kaya dibandingkan yang miskin. Kenapa?
Karena berapapun uang yang mereka miliki, maka tarif pajak yang dibebankan akan sama dengan yang uangnya sedikit.
Makanya, banyak yang bilang kalau ini termasuk jenis pajak regresif, karena tarif pajak tidak meningkat meskipun jumlah pengenaan pajaknya meningkat.
Alhasil sebagai orang berpendapat kalau skema ini memberikan beban keuangan yang lebih tinggi kepada WP yang berpenghasilan rendah.
Padahal harusnya kalau yang bagus ialah orang kaya mendapatkan pajak besar sesuai kemampuannya, dan yang gak kaya juga mendapatkan pajak sedang sesuai kemampuannya.
Setidaknya ya itulah yang kerap menjadi polemik dan pro kontra.
Penentang pajak model seperti ini, terus berpendapat bahwa yang berpenghasilan lebih tinggi harusnya diberikan persentase yang lebih tinggi disbanding WP yang punya penghasilan lebih rendah.
Tapi sebaliknya, bagi yang pro, tentu mereka memiliki pandangan yang berbeda. Karena skema seperti ini juga sebenarnya bagus, terutama untuk bidang-bidang tertentu.
Ya contohnya adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) seperti yang sudah dijelaskan di atas.
Yang mana berapun nilai dari barang yang akan dipajak, tarifnya akan tetap sama mengikuti tata aturan yang sudah di atur oleh pemerintah.
Misalkan tarif yang diatur adalah 10%, tentu yang perlu kamu bayarnya juga segitu. Atau misalkan nilainya sudah berusah jadi 11%, ya segera ubah saja.
Kira-kira itu saja sih yang bisa kami sampaikan. Dan buat tambahan informasi, silahkan kunjungi juga soal bagaimana cara lapor pajak penghasilan online.
Atau soal gimana tata cara cek pajak di DIY juga ada, langsung saja ke artikelnya yah.
Sekian dari kami, semoga artikel tentang tarif pajak proporsinal ini bisa bermanfaat untuk semua. Amin.